BEST FRIEND
Pagi yang cerah menyambut
hari dimulainya suatu pembelajaran kecil bagi tiga gadis cantik dan baik hati
di SMA Bina Bangsa. Terlihat ketiga gadis tersebut sedang berbincang di kelas
mereka. Lalu, sontak mereka berdiri dari kursi masing-masing, berjalan
menyusuri koridor sekolah mereka yang berliku-liku. Angin bertiup membelai
wajah ketiga belia ini. Diikuti berpasang-pasang mata, mereka berjalan didampingi masing-masing
pujaan hati yang mengikuti ketiganya dari belakang. Ketiga gadis tersebut tidak
lain adalah Zanny, cewek tomboy penggemar musik, Michele, cewek cantik berkulit
putih, dan Leoni, si unik dan hiperaktif. Mereka adalah cewek-cewek populer di
sekolah mereka. Tiga laki-laki yang sedari tadi mengikuti mereka adalah Darlyn
cowok paling tampan di sekolah sekaligus kekasih Zanny, Andreas penggemar musik
yang adalah kekasih Michele , dan Jeri penggemar otomotif yang tak lain kekasih
Leoni dan perlu diketahui bahwa ketiga kekasih gadis belia ini tak lain adalah
kakak kelas.
Fakta yang mempertemukan
mereka dari berbagai perbedaan memang tak menjadi halangan dalam pertemanan
mereka. Namun, sekelebat perasaan mulai. Perasaan cemburu mulai memecah-belah mereka.
Ingatan perpecahan tersebut seakan menjadi pelajaran berharga bagi mereka.
§§§
“Morning,
Sweetie.” Sapa Darlyn yang melintas di kelas X-C, kelas dimana Zanny cs
belajar.
“Hey, stop
call me like that. Kenapa gak manggil biasa aja sih?” kata Zanny protes.
“Itukan
bagus. Artinya aku sayang banget ma kamu” balas Darlyn yang berjalan ke arah
Zanny.
Michele yang
melihat dari kejauhan merasa agak aneh. Seperti ada perasaan yang mengganjal (kecemburuan)
saat Darlyn mengusap kepala Zanny lembut.
“Chele! Wayo?!” Teriak Leoni yang datang dan berada tepat
di samping Michele. Sontak gadis itu kaget dan menelan satu lolipop besar dalam
sekali telan.
“Wha...
Parah, jangan ditelan langsung gitu donk.” kata Leoni panik.
“Bukan aku
juga yang mau. Kamu sih dateng-dateng ngagetin, untung tu lolipop udah gak ada
pegangannya”, gerutu Michele.
“Ya maaf,
Chele. Ayo keluarin lagi!”, Leoni memukul-mukul punggung Michele.
“Udah- udah. Tar aku tambah keselek lagi.” Kata
Michele yang semakin kesal. Zanny dan Darlyn mengalihkan pandangan ke arah
pintu dimana Michele dan Leoni berdiri.
“Ngapain loe
berdua berisik di depan pintu?” tanta Darlyn.
“Gak papa.
Tuh Michele malah nelen lolipop gede, sekali telan lagi!” jawab Leoni.
“Bukan
gitu... Leoni bikin aku keselek sih”, jawab Michele meyalahkan Leoni.
“Udahlah,
mana cowok kalian?” Tanya Darlyn. Leoni menengok kekanan dan kekiri, mencari
Jeri yang tadi mendampinginya.
“DUAR!!!!”
Jeri mencoba mengagetkan Leoni. Bukannya Leoni yang kaget, tetapi Michele.
Lagi-lagi cewek ini kena masalah. Minuman titipan Zanny yang dibelinya tumpah.
“Kak
JJJEEERRRRRRRRRIIIIIIIII !!!!” Teriak Zanny yang tak rela melihat minumannya
tumpah. Ia bergagas berdiri dari kursinya dan mengejar Jeri. Leoni hanya
tertawa melihat kekasihnya lari terbirit-birit dikejar sahabatnya. Darlyn hanya
menggelengkan kepala dan bersikap wajar seperti biasanya.
“Honey, maw
jalan-jalan?” Tanya Andreas yang baru datang pada Michele.
“Jalan-jalan?
Maksudnya?” balas Michele.
“Ya kita keliling-keliling
sekolah berdua, sambil cari udara segar. Mau gak?”
“Kayak mau
ronda aja, tapi okelah. Sekalian ngadem”, Michele berjalan bergandengan tangan
dengan Andreas. Lagi-lagi terjadi kecemburuan. Kali ini Leoni yang cemburu
melihat Andreas dan Michele bergandengan tangan.
“Ngapa loe?”
Tanya Darlyn yang ternyata masih duduk di kelas.
“Apa?” tanya
Leoni kaget.
“Kenapa
manyun? Jangan-jangan loe cemburu liat Andreas ma Michele?”
“Enggak lah.
Kan Kak Andreas dah punya Michele.”
“Ya, maksudku
karna itu kamu sampe cemburu?”
“Enggaklah kak.”
“Terserahlah.
Aku balik kekelas dulu ya. Tar bilangin ke Zanny.” Darlyn berdiri lalu berjalan
meninggalkan kelas IX-C.
“Ya. Eh,
apanya yang dibilangin?” Tanya Leoni polos. Darlyn hanya melambai dari kejauhan
dan tak menjawab pertanyaan Leoni.
“Wah, sok
kademen” Leoni memikirkan perkataan Darlyn dan perasaannya.
“Mungkinkah aku cemburu?” , batinnya.
§§§
“Zan, Kak
Darlyn tadi balik duluan kekelas”, bisik Leoni pada Zany saat pelajaran
berlangsung.
“Iya tadi
dah ketemu waktu dijalan. Eh, cowok loe asik?”
“Iya. Heh…?!”
Teriak Leoni, yang sontak memusatkan perhatian sekelas hanya padanya.
“LEONI!!!!”
Bentak Bu Kim, guru fisika yang selalu memakai kacamata berbingkai tebal yang
ujung ke dua sisinya lancip seperti tanduk kerbau (kata Leoni), dan selalu
menggulung rambutnya dengan dua sumpit kayu besar yang terlihat seperti
kepalanya tertusuk kayu runcing dibandingkan rambutnya dikonde.
“Maaf bu...”
Kata Leoni.
“Kamu itu!
Udah dari tadi gak meratiin pelajaran. Sekarang malah....!!!!!!!!”
‘TET...TET...’ (Bel istirahat berdering)
“Baiklah
anak-anak, saya sudahi pelajarannya cukup sekian. Dan Leoni...!”
“YA?! Bu...”,
jawab Leoni tegang.
“Kali ini
kamu beruntung” Bu Kim meninggalkan kelas.
Semua anak
berhamburan keluar kelas. Zanny, Michele dan Leoni duduk dikantin seperti
hari-hari biasanya.
“Kamu tadi
kenapa? Bisa-bisanya teriak ditengah pelajaran Bu Kim, si guru killer.” Tanya Michele
ke Leoni.
“Haha...
tadi aku bicara ma Leoni. Malah dia kaget. Jadi deh kena masalah”, jawab Zanny.
“Zanny
sih... Tauk ah... yang penting aku selamat. Liat gak tadi? Mata Bu Kim kayak
maw loncat. Untung aja aku gak disate pake tusuk sate”, Kata Leoni.
“Haha...
Tusuk sate? Maksudmu sumpit gede yang menjelma jadi tusuk konde?” Kata Zanny.
“Iyalah, apa
lagi?”jawab Leoni.
‘PLOK’ Jeri
memukul pundak Leoni. Seketika juga baso yang tadi dia masukkan ke mulutnya
keluar.
“HYA!!!”
Teriak Leoni.
“Hehe...
berhasil juga.” Kata Jeri bangga.
Melihat
Leoni dan Jeri bercanda tawa bersama telah menyulut perasaan Zanny, yang tak
lain adalah kecemburuan. Ketiga gadis ini telah cemburu satu sama lain. Mereka
masih belum menyadari kebenaran yang sesungguhnya di depan mereka.
§§§
Keesokan
paginya, tak seperti biasa, kali ini hujan mulai turun. Bahkan ditengah-tengah
kemarau panjang. Zanny yang kali ini tidak berangkat sekolah menggunakan motor
karena sesuatu hal mulai kebingungan.
“Wah...
Parah! Dah jam segini... Pada dimana ni angkot?! Argh, mana motorku harus di
service lagi. Nyebelinnnnnnnnnnnnn!!!!”, gerutu Zanny
‘BRUM...BRUM’ (suara motor)
“Oi, Zan!
Maw numpang gak?” tanya Jeri, menawarkan tumpangan.
“Heh!? kak
Jeri kok kebetulan banget ya, bolehlah kak... Dari pada aku telat”, jawab Zanny
mengangkat bahu sembari menaiki motor Tiger biru itu.
“Pegangan
loe. And jangan teriak ya, aku bakal ngebut.”
“Iya.
Emangnya aku penakut? Ayo gih kak, keburu seragam kita tambah basah.”
“Iya bawel.”
Zanny yang
seolah tak terima akan perkataan Jeri, lalu memukul pundaknya. Seketika juga
Jeri menancap gas, lalu memacu motornya melewati kendaraan-kendaraan lain
dengan kecepatan penuh. Zanny nyaris terjungkal, untung saja dia cekatan. Ia
berpegangan erat pada cowok di depannya.
“Aneh, kemaren aku cemburu. Tapi sekarang aku gak
ngrasain apa-apa waktu deket kak Jeri. Apa kemaren aku salah menafsirkan
perasaan ini?” batin Zanny bingung.
Tak disangka
mereka telah sampai di sekolah. Zanny turun dari motor, diikuti Jeri.
“Thanks kak...
Aku cabut dulu ya”, salam terima kasih Zanny pada Jeri.
“Yo’I”,
balas Jeri.
Zanny
berjalan meninggalkan Jeri dan menuju ke kelas. Di tempat parkir, Zanny melihat
Michele turun dari sedan sporty merah. Lalu Darlyn ikut turun dari mobil yang
sama. Darlyn berjalan ke arah berlawanan dan menuju ke kelasnya. Sedangkan Michele
berjalan ke arah Zanny dan sesekali berlari-lari kecil.
“Habis
ngapain?” Tanya Zanny.
“Hah? Aku,
habis nebeng kak Darlyn. Mang napa?”
Zanny
menaikkan alis, Michele merasa mengerti. Dari belakang mereka, Leoni berlari,
mencoba menyusul mereka.
“Haii! Eh
kalian kenapa?” Kata Leoni, melihat kedua sahabatnya saling diam. Biasanya
mereka sudah berbincang sana-sini nggak jelas.
“Gak papa.”
Jawab Zanny yang mulai mengalihkan pandangannya dari Michele.
“Eh Mi, tadi
aku.... Eh serius deh, kalian kenapa?” Tanya Leoni lagi.
“Gak papa.
Oh ya tadi aku nebeng Kak Jeri.” Kata Zanny datar.
“Oh... HAH?!
“ Leoni terkejut sekaligus cemburu.
§§§
“Michele!!!”
panggil Andreas yang kesekian kalinya. Michele pun menengok ke arah Andreas.
“Kamu
sakit?”
“Enggak
kok.” Jawab Michele.
“Lha terus
kamu kenapa? Dari tadi kupanggil-panggil, baru noleh”, tanya Andreas perhatian.
“Iya deh
maaf. Ada masalah kecil”, jawabnya lesu.
“Masalah
apa? Bentar, Zanny ma Leoni mana? Tumben kalian gak bertiga.”
“Sebenarnya
itu masalahnya. Ada masalah ma kita bertiga. Huh... Leoni marah ma Zanny,
begitu juga Zanny, dia marah ma aku.”
“Kok bisa
gitu?”
“Kecemburuan....”
Michele
mulai bercerita pada Andreas tentang semua hal yang terjadi. Cowok didepannya
hanya mengangguk dan sesekali bertanya.
“Jadi gitu.
Jadi kamu juga sempat cemburu ngliat Darlyn ma Zanny?!” Tanya Andreas yang tak
percaya bila kekasihnya itu telah cemburu pada cowok lain.
“Gak gitu
juga Kak. Waktu aku ditebeng. Aku gak ngrasain apa-apa. Gak kayak waktu aku ma
kakak. Akhirnya aku tau kalo itu bukan rasa cemburu beneran. Paling-paling iri
karna Zanny begitu mendapat perhatian dari kak Darlyn.” Michele mengakui.
“Hah...”
Andreas menghela nafas.
“Aku ngerti,
kamu gak salah sepenuhnya, mungkin karna aku juga yang kurang ngasih perhatian
ke kamu. Nanti aku bakal ngasih tau permasalahan ini ke yang lain. Aku harap
kalian bisa damai. Oya, tau gak Leoni dah ngakui hal yang sama ke aku kemarin.
Waktu aku berpapasan ma dia di jalan. Dia juga cemburu ma kita. Dia kira klo
dia suka aku, tapi ternyata enggak. Dia cuma takjub ma kita. Haha... dia itu
emang unik.”
“Jadi
Leoni...?”
“Yap. Dan
kalian bertiga udah salah sangka ma perasaan sendiri.”
§§§
Di kelas XI-IA1, Jeri,
Darlyn dan Andreas berkumpul. Ada permasalahan yang perlu mereka bahas.
“Napa An?” tanya Darlyn.
“Ada masalah dengan
cewek-cewek kita. Kalian dah ngrasa belum?”
“Apa?” tanya Jeri.
“Ada kejanggalan dengan
mereka, belakangan ini mereka dah gak bareng lagi kan?”
“Benar, aku juga ngrasa aneh
ma Leoni, dia gak kayak biasanya. Dah gak jail lagi. Dia dah gak duduk deket
Zanny and Michele”, sanggah Jeri
“Yap, dan itu yang bakal
kita bahas.”
Andreas memberitahu
segalanya. Jeri dan Darlyn terperangah tak percaya.
“Serius lo? Jadi mereka
saling cemburu. Parah... Pantes aja Leoni manyun waktu liat kamu ma Michele
gandengan.
“Sekarang kita harus nyatuin
mereka lagi. Aku gak mau mereka pecah kayak gini.”
Merekapun membuat rencana
untuk mempersatukan ketiga gadis mereka kembali.
“Let’s do it tomorrow”, teriak Andre semangat.
§§§
“Leoni! Parah!...
Jeri...Jeri...” terdengar suara Andreas dari balik telepon. Dengan panik Leoni
mencoba menerjemahkan maksud Andreas.
“Kenapa kak? Kak Jeri
kenapa?” tanya Leoni panik.
“Tadi waktu kita pergi bertiga,
untuk melakukan sesuatu... tiba-tiba aja Jeri bertingkah aneh. Pada akhirnya
kita ke tempat parkir bareng. Dia bergegas mengendarai motornya... tapi...
secara mengejutkan terjadi kecelakaan.... Jeri... dia nabrak......”, belum
selesai Darlyn berbicara, Leoni langsung bertanya.
“APA?! Serius kak? Sekarang
Jeri dimana?” Tanya Leoni takut dan panik.
“Di RS Harapan. Cepet loe
kesini...”
Tanpa ba-bi-bu lagi, Leoni
bergegas ke Rumah Sakit Harapan. Tiap jalan ia memikirkan Jeri, berharap waktu
bisa diulang. Berharap bisa bercanda bersamanya lagi. Leoni tak sanggup
memikirkan apa yang akan terjadi lagi padanya. Setelah sampai di RS Harapan,
Leoni turun dari mobilnya. Berlari mencari Darlyn untuk menanyakan keadaan Jeri
sekarang. Tak disangka, di tiap liku lorong rumah sakit, Leoni berdoa dan tetes
demi tetes air matanya tumpah.
“Ni, disini.” Panggil
Darlyn.
Leoni bergegas mendekati
Darlyn. Tapi belum sampai satu langkah Leoni menghentikan langkahnya,
dilihatnya Zanny dan Michele didekat Darlyn. Mereka saling merangkul seperti
telah melupakan kejadian lalu yang telah merusak persahabatan mereka.
“Leoni....” sapa Michele
dalam suara sedihnya. “aku minta maaf ma kamu kalo aku buat salah. Aku juga
ngerti perasaanmu waktu dapet kabar kalo Jeri masuk rumah sakit.”
Leoni berlari mendekati
sahabatnya dan merangkul ke dua sahabatnya.
“Maafin aku juga, aku udah
cemburu ma kamu”, kata Leoni dalam isak tangisnya.
“Aku juga Ni, aku sempet
cemburu ma kamu n Jeri”, Zanny ikut minta maaf.
Tak berapa lama, pintu kamar
rumah sakit dibuka. Terlihat Jeri berbaring di tempat tidur. Disampingnya ada
Andreas yang berbicara pada dokter. Setelah dokter keluar ruangan, ketiga
sahabat karib ini memasuki ruangan yang diikuti Darlyn dari belakang. Terlihat tangan
Jeri diperban. Jeri menoleh, tersenyum pada kekasihnya. “Hai...”, sapanya tanpa
beban.
Leoni memeluk Jeri, diikuti
ke dua sahabatnya.
“Woi, aku bisa sesak napas
ni.” Kata Jeri.
Leoni, Zanny dan Michele
melepaskan pelukan mereka. Jeri tersenyum, lalu mulai tertawa.
“Napa kalian sedih banget?
Cuma lecet dikit aja kok. Aku tau emang aku orangnya paling disayang, tapi
nangisnya nggak usah lebay gitu kali”, kata Jeri ngegombal.
“HAH?!” sontak ketiga
sahabat ini terkejut.
“Disayang?? Ihh amit-amit.
Kalo Leoni sih iya sayang”, gerutu Zanny.
“Hahaha... Jadi, Jeri tadi
kaget pas ada ayam tiba-tiba nyebrang. Dia langsung banting stir, ayamnya yang
ketabrak. Jerinya jatuh dari motor n cuma lecet-lecet. Hahaha… Kalian ketipu
semua.” Kata Andreas.
“KAK DARLYN!!! Apa maksudnya
tadi? Telfon aku sampe segitunya”, kata Leoni sebal.
“IYA... PARAH... AKU IKUT
KAGET LAGI....”, kata Zanny yang diikuti anggukan dari Michele.
“Jadi kalian juga ketipu?”
tanya Jeri
“Iya...” Jawab Zanny dan Michele
bersamaan. Ketiga kekasih mereka tertawa bersamaan melihat kekonyolan yang
terjadi.
“Yang penting kalian dah
baikan. Tadinya kita mau nyatuin kalian tapi kecelakaan yang tak terduga ini
terjadi. Eh... gak taunya kalian bisa akur diluar rencana.” Kata Andreas.
§§§
Leoni
tersadar dari lamunannya. Terbawa kembali ke dunia nyata dan melihat kenyataan
yang terjadi sekarang, bahwa Zanny, Leoni dan Michele telah kembali akur.
Sambil berjalan di koridor sekolah, ia melihat kedua temannya di samping kiri
kanannya. Ia sadar, betapa beruntungnya ia mendapat sahabat seperti Zanny dan
Michele. Mereka tidak dapat digantikan oleh apapun.
“Ni, watch
out!” Michele mengingatkan Leoni.
Dengan sigap
Leoni menghindar.
“Wih, nyaris... untung gak jadi nabrak
pintu.” Kata Leoni lalu meringis.
Mereka
bertiga –Zanny, Michele dan Leoni- melanjutkan berjalan di lorong sekolah
mereka, bersamaan dengan kekasih mereka –Darlyn, Andreas dan Jeri. Diikuti
dengan anak-anak lain yang masih mengikuti mereka dari belakang.
“We will together in joy and sorrow, forever”, kata
Leoni kemudian, lalu merangkul sahabatnya.
0 komentar:
Posting Komentar