Minggu, 03 Maret 2013

Cerpen: Best Friend


BEST FRIEND

Pagi yang cerah menyambut hari dimulainya suatu pembelajaran kecil bagi tiga gadis cantik dan baik hati di SMA Bina Bangsa. Terlihat ketiga gadis tersebut sedang berbincang di kelas mereka. Lalu, sontak mereka berdiri dari kursi masing-masing, berjalan menyusuri koridor sekolah mereka yang berliku-liku. Angin bertiup membelai wajah ketiga belia ini. Diikuti berpasang-pasang  mata, mereka berjalan didampingi masing-masing pujaan hati yang mengikuti ketiganya dari belakang. Ketiga gadis tersebut tidak lain adalah Zanny, cewek tomboy penggemar musik, Michele, cewek cantik berkulit putih, dan Leoni, si unik dan hiperaktif. Mereka adalah cewek-cewek populer di sekolah mereka. Tiga laki-laki yang sedari tadi mengikuti mereka adalah Darlyn cowok paling tampan di sekolah sekaligus kekasih Zanny, Andreas penggemar musik yang adalah kekasih Michele , dan Jeri penggemar otomotif yang tak lain kekasih Leoni dan perlu diketahui bahwa ketiga kekasih gadis belia ini tak lain adalah kakak kelas.
          Fakta yang mempertemukan mereka dari berbagai perbedaan memang tak menjadi halangan dalam pertemanan mereka. Namun, sekelebat perasaan mulai. Perasaan cemburu mulai memecah-belah mereka. Ingatan perpecahan tersebut seakan menjadi pelajaran berharga bagi mereka.

§§§
           
“Morning, Sweetie.” Sapa Darlyn yang melintas di kelas X-C, kelas dimana Zanny cs belajar.
“Hey, stop call me like that. Kenapa gak manggil biasa aja sih?” kata Zanny protes.
“Itukan bagus. Artinya aku sayang banget ma kamu” balas Darlyn yang berjalan ke arah Zanny.
Michele yang melihat dari kejauhan merasa agak aneh. Seperti ada perasaan yang mengganjal (kecemburuan) saat Darlyn mengusap kepala Zanny lembut.
“Chele! Wayo?!” Teriak Leoni yang datang dan berada tepat di samping Michele. Sontak gadis itu kaget dan menelan satu lolipop besar dalam sekali telan.
“Wha... Parah, jangan ditelan langsung gitu donk.” kata Leoni panik.
“Bukan aku juga yang mau. Kamu sih dateng-dateng ngagetin, untung tu lolipop udah gak ada pegangannya”, gerutu Michele.
“Ya maaf, Chele. Ayo keluarin lagi!”, Leoni memukul-mukul punggung Michele.
“Udah-         udah. Tar aku tambah keselek lagi.” Kata Michele yang semakin kesal. Zanny dan Darlyn mengalihkan pandangan ke arah pintu dimana Michele dan Leoni berdiri.
“Ngapain loe berdua berisik di depan pintu?” tanta Darlyn.
“Gak papa. Tuh Michele malah nelen lolipop gede, sekali telan lagi!” jawab Leoni.
“Bukan gitu... Leoni bikin aku keselek sih”, jawab Michele meyalahkan Leoni.
“Udahlah, mana cowok kalian?” Tanya Darlyn. Leoni menengok kekanan dan kekiri, mencari Jeri yang tadi mendampinginya.
“DUAR!!!!” Jeri mencoba mengagetkan Leoni. Bukannya Leoni yang kaget, tetapi Michele. Lagi-lagi cewek ini kena masalah. Minuman titipan Zanny yang dibelinya tumpah.
“Kak JJJEEERRRRRRRRRIIIIIIIII !!!!” Teriak Zanny yang tak rela melihat minumannya tumpah. Ia bergagas berdiri dari kursinya dan mengejar Jeri. Leoni hanya tertawa melihat kekasihnya lari terbirit-birit dikejar sahabatnya. Darlyn hanya menggelengkan kepala dan bersikap wajar seperti biasanya.
“Honey, maw jalan-jalan?” Tanya Andreas yang baru datang pada Michele.
“Jalan-jalan? Maksudnya?” balas Michele.
“Ya kita keliling-keliling sekolah berdua, sambil cari udara segar. Mau gak?”
“Kayak mau ronda aja, tapi okelah. Sekalian ngadem”, Michele berjalan bergandengan tangan dengan Andreas. Lagi-lagi terjadi kecemburuan. Kali ini Leoni yang cemburu melihat Andreas dan Michele bergandengan tangan.
“Ngapa loe?” Tanya Darlyn yang ternyata masih duduk di kelas.
“Apa?” tanya Leoni kaget.
“Kenapa manyun? Jangan-jangan loe cemburu liat Andreas ma Michele?”
“Enggak lah. Kan Kak Andreas dah punya Michele.”
“Ya, maksudku karna itu kamu sampe cemburu?”
“Enggaklah kak.”
“Terserahlah. Aku balik kekelas dulu ya. Tar bilangin ke Zanny.” Darlyn berdiri lalu berjalan meninggalkan kelas IX-C.
“Ya. Eh, apanya yang dibilangin?” Tanya Leoni polos. Darlyn hanya melambai dari kejauhan dan tak menjawab pertanyaan Leoni.
“Wah, sok kademen” Leoni memikirkan perkataan Darlyn dan perasaannya.
“Mungkinkah aku cemburu?” , batinnya.

§§§

“Zan, Kak Darlyn tadi balik duluan kekelas”, bisik Leoni pada Zany saat pelajaran berlangsung.
“Iya tadi dah ketemu waktu dijalan. Eh, cowok loe asik?”
“Iya. Heh…?!” Teriak Leoni, yang sontak memusatkan perhatian sekelas hanya padanya.
“LEONI!!!!” Bentak Bu Kim, guru fisika yang selalu memakai kacamata berbingkai tebal yang ujung ke dua sisinya lancip seperti tanduk kerbau (kata Leoni), dan selalu menggulung rambutnya dengan dua sumpit kayu besar yang terlihat seperti kepalanya tertusuk kayu runcing dibandingkan rambutnya dikonde.
“Maaf bu...” Kata Leoni.
“Kamu itu! Udah dari tadi gak meratiin pelajaran. Sekarang malah....!!!!!!!!”
‘TET...TET...’ (Bel istirahat berdering)
“Baiklah anak-anak, saya sudahi pelajarannya cukup sekian. Dan Leoni...!”
“YA?! Bu...”, jawab Leoni tegang.
“Kali ini kamu beruntung” Bu Kim meninggalkan kelas.
Semua anak berhamburan keluar kelas. Zanny, Michele dan Leoni duduk dikantin seperti hari-hari biasanya.
“Kamu tadi kenapa? Bisa-bisanya teriak ditengah pelajaran Bu Kim, si guru killer.” Tanya Michele ke Leoni.
“Haha... tadi aku bicara ma Leoni. Malah dia kaget. Jadi deh kena masalah”, jawab Zanny.
“Zanny sih... Tauk ah... yang penting aku selamat. Liat gak tadi? Mata Bu Kim kayak maw loncat. Untung aja aku gak disate pake tusuk sate”, Kata Leoni.
“Haha... Tusuk sate? Maksudmu sumpit gede yang menjelma jadi tusuk konde?” Kata Zanny.
“Iyalah, apa lagi?”jawab Leoni.
‘PLOK’ Jeri memukul pundak Leoni. Seketika juga baso yang tadi dia masukkan ke mulutnya keluar.
“HYA!!!” Teriak Leoni.
“Hehe... berhasil juga.” Kata Jeri bangga.
Melihat Leoni dan Jeri bercanda tawa bersama telah menyulut perasaan Zanny, yang tak lain adalah kecemburuan. Ketiga gadis ini telah cemburu satu sama lain. Mereka masih belum menyadari kebenaran yang sesungguhnya di depan mereka.

§§§

Keesokan paginya, tak seperti biasa, kali ini hujan mulai turun. Bahkan ditengah-tengah kemarau panjang. Zanny yang kali ini tidak berangkat sekolah menggunakan motor karena sesuatu hal mulai kebingungan.
“Wah... Parah! Dah jam segini... Pada dimana ni angkot?! Argh, mana motorku harus di service lagi. Nyebelinnnnnnnnnnnnn!!!!”, gerutu Zanny
‘BRUM...BRUM’ (suara motor)
“Oi, Zan! Maw numpang gak?” tanya Jeri, menawarkan tumpangan.
“Heh!? kak Jeri kok kebetulan banget ya, bolehlah kak... Dari pada aku telat”, jawab Zanny mengangkat bahu sembari menaiki motor Tiger biru itu.
“Pegangan loe. And jangan teriak ya, aku bakal ngebut.”
“Iya. Emangnya aku penakut? Ayo gih kak, keburu seragam kita tambah basah.”
“Iya bawel.”
Zanny yang seolah tak terima akan perkataan Jeri, lalu memukul pundaknya. Seketika juga Jeri menancap gas, lalu memacu motornya melewati kendaraan-kendaraan lain dengan kecepatan penuh. Zanny nyaris terjungkal, untung saja dia cekatan. Ia berpegangan erat pada cowok di depannya.
“Aneh, kemaren aku cemburu. Tapi sekarang aku gak ngrasain apa-apa waktu deket kak Jeri. Apa kemaren aku salah menafsirkan perasaan ini?” batin Zanny bingung.
Tak disangka mereka telah sampai di sekolah. Zanny turun dari motor, diikuti Jeri.
“Thanks kak... Aku cabut dulu ya”, salam terima kasih Zanny pada Jeri.
“Yo’I”, balas Jeri.
Zanny berjalan meninggalkan Jeri dan menuju ke kelas. Di tempat parkir, Zanny melihat Michele turun dari sedan sporty merah. Lalu Darlyn ikut turun dari mobil yang sama. Darlyn berjalan ke arah berlawanan dan menuju ke kelasnya. Sedangkan Michele berjalan ke arah Zanny dan sesekali berlari-lari kecil.
“Habis ngapain?” Tanya Zanny.
“Hah? Aku, habis nebeng kak Darlyn. Mang napa?”
Zanny menaikkan alis, Michele merasa mengerti. Dari belakang mereka, Leoni berlari, mencoba menyusul mereka.
“Haii! Eh kalian kenapa?” Kata Leoni, melihat kedua sahabatnya saling diam. Biasanya mereka sudah berbincang sana-sini nggak jelas.
“Gak papa.” Jawab Zanny yang mulai mengalihkan pandangannya dari Michele.
“Eh Mi, tadi aku.... Eh serius deh, kalian kenapa?” Tanya Leoni lagi.
“Gak papa. Oh ya tadi aku nebeng Kak Jeri.” Kata Zanny datar.
“Oh... HAH?! “ Leoni terkejut sekaligus cemburu.

§§§

“Michele!!!” panggil Andreas yang kesekian kalinya. Michele pun menengok ke arah Andreas.
“Kamu sakit?”
“Enggak kok.” Jawab Michele.
“Lha terus kamu kenapa? Dari tadi kupanggil-panggil, baru noleh”, tanya Andreas perhatian.
“Iya deh maaf. Ada masalah kecil”, jawabnya lesu.
“Masalah apa? Bentar, Zanny ma Leoni mana? Tumben kalian gak bertiga.”
“Sebenarnya itu masalahnya. Ada masalah ma kita bertiga. Huh... Leoni marah ma Zanny, begitu juga Zanny, dia marah ma aku.”
“Kok bisa gitu?”
“Kecemburuan....”
Michele mulai bercerita pada Andreas tentang semua hal yang terjadi. Cowok didepannya hanya mengangguk dan sesekali bertanya.
“Jadi gitu. Jadi kamu juga sempat cemburu ngliat Darlyn ma Zanny?!” Tanya Andreas yang tak percaya bila kekasihnya itu telah cemburu pada cowok lain.
“Gak gitu juga Kak. Waktu aku ditebeng. Aku gak ngrasain apa-apa. Gak kayak waktu aku ma kakak. Akhirnya aku tau kalo itu bukan rasa cemburu beneran. Paling-paling iri karna Zanny begitu mendapat perhatian dari kak Darlyn.” Michele mengakui.
“Hah...” Andreas menghela nafas.
“Aku ngerti, kamu gak salah sepenuhnya, mungkin karna aku juga yang kurang ngasih perhatian ke kamu. Nanti aku bakal ngasih tau permasalahan ini ke yang lain. Aku harap kalian bisa damai. Oya, tau gak Leoni dah ngakui hal yang sama ke aku kemarin. Waktu aku berpapasan ma dia di jalan. Dia juga cemburu ma kita. Dia kira klo dia suka aku, tapi ternyata enggak. Dia cuma takjub ma kita. Haha... dia itu emang unik.”
“Jadi Leoni...?”
“Yap. Dan kalian bertiga udah salah sangka ma perasaan sendiri.”

§§§

          Di kelas XI-IA1, Jeri, Darlyn dan Andreas berkumpul. Ada permasalahan yang perlu mereka bahas.
“Napa An?” tanya Darlyn.
“Ada masalah dengan cewek-cewek kita. Kalian dah ngrasa belum?”
“Apa?” tanya Jeri.
“Ada kejanggalan dengan mereka, belakangan ini mereka dah gak bareng lagi kan?”
“Benar, aku juga ngrasa aneh ma Leoni, dia gak kayak biasanya. Dah gak jail lagi. Dia dah gak duduk deket Zanny and Michele”, sanggah Jeri
“Yap, dan itu yang bakal kita bahas.”
Andreas memberitahu segalanya. Jeri dan Darlyn terperangah tak percaya.
“Serius lo? Jadi mereka saling cemburu. Parah... Pantes aja Leoni manyun waktu liat kamu ma Michele gandengan.
“Sekarang kita harus nyatuin mereka lagi. Aku gak mau mereka pecah kayak gini.”
Merekapun membuat rencana untuk mempersatukan ketiga gadis mereka kembali.
“Let’s do it tomorrow”, teriak Andre semangat.

§§§

“Leoni! Parah!... Jeri...Jeri...” terdengar suara Andreas dari balik telepon. Dengan panik Leoni mencoba menerjemahkan maksud Andreas.
“Kenapa kak? Kak Jeri kenapa?” tanya Leoni panik.
“Tadi waktu kita pergi bertiga, untuk melakukan sesuatu... tiba-tiba aja Jeri bertingkah aneh. Pada akhirnya kita ke tempat parkir bareng. Dia bergegas mengendarai motornya... tapi... secara mengejutkan terjadi kecelakaan.... Jeri... dia nabrak......”, belum selesai Darlyn berbicara, Leoni langsung bertanya.
“APA?! Serius kak? Sekarang Jeri dimana?” Tanya Leoni takut dan panik.
“Di RS Harapan. Cepet loe kesini...”
Tanpa ba-bi-bu lagi, Leoni bergegas ke Rumah Sakit Harapan. Tiap jalan ia memikirkan Jeri, berharap waktu bisa diulang. Berharap bisa bercanda bersamanya lagi. Leoni tak sanggup memikirkan apa yang akan terjadi lagi padanya. Setelah sampai di RS Harapan, Leoni turun dari mobilnya. Berlari mencari Darlyn untuk menanyakan keadaan Jeri sekarang. Tak disangka, di tiap liku lorong rumah sakit, Leoni berdoa dan tetes demi tetes air matanya tumpah.
“Ni, disini.” Panggil Darlyn.
Leoni bergegas mendekati Darlyn. Tapi belum sampai satu langkah Leoni menghentikan langkahnya, dilihatnya Zanny dan Michele didekat Darlyn. Mereka saling merangkul seperti telah melupakan kejadian lalu yang telah merusak persahabatan mereka.
“Leoni....” sapa Michele dalam suara sedihnya. “aku minta maaf ma kamu kalo aku buat salah. Aku juga ngerti perasaanmu waktu dapet kabar kalo Jeri masuk rumah sakit.”
Leoni berlari mendekati sahabatnya dan merangkul ke dua sahabatnya.
“Maafin aku juga, aku udah cemburu ma kamu”, kata Leoni dalam isak tangisnya.
“Aku juga Ni, aku sempet cemburu ma kamu n Jeri”, Zanny ikut minta maaf.
Tak berapa lama, pintu kamar rumah sakit dibuka. Terlihat Jeri berbaring di tempat tidur. Disampingnya ada Andreas yang berbicara pada dokter. Setelah dokter keluar ruangan, ketiga sahabat karib ini memasuki ruangan yang diikuti Darlyn dari belakang. Terlihat tangan Jeri diperban. Jeri menoleh, tersenyum pada kekasihnya. “Hai...”, sapanya tanpa beban.
Leoni memeluk Jeri, diikuti ke dua sahabatnya.
“Woi, aku bisa sesak napas ni.” Kata Jeri.
Leoni, Zanny dan Michele melepaskan pelukan mereka. Jeri tersenyum, lalu mulai tertawa.
“Napa kalian sedih banget? Cuma lecet dikit aja kok. Aku tau emang aku orangnya paling disayang, tapi nangisnya nggak usah lebay gitu kali”, kata Jeri ngegombal.
“HAH?!” sontak ketiga sahabat ini terkejut.
“Disayang?? Ihh amit-amit. Kalo Leoni sih iya sayang”, gerutu Zanny.
“Hahaha... Jadi, Jeri tadi kaget pas ada ayam tiba-tiba nyebrang. Dia langsung banting stir, ayamnya yang ketabrak. Jerinya jatuh dari motor n cuma lecet-lecet. Hahaha… Kalian ketipu semua.” Kata Andreas.
“KAK DARLYN!!! Apa maksudnya tadi? Telfon aku sampe segitunya”, kata Leoni sebal.
“IYA... PARAH... AKU IKUT KAGET LAGI....”, kata Zanny yang diikuti anggukan dari Michele.
“Jadi kalian juga ketipu?” tanya Jeri
“Iya...” Jawab Zanny dan Michele bersamaan. Ketiga kekasih mereka tertawa bersamaan melihat kekonyolan yang terjadi.
“Yang penting kalian dah baikan. Tadinya kita mau nyatuin kalian tapi kecelakaan yang tak terduga ini terjadi. Eh... gak taunya kalian bisa akur diluar rencana.” Kata Andreas.

§§§

Leoni tersadar dari lamunannya. Terbawa kembali ke dunia nyata dan melihat kenyataan yang terjadi sekarang, bahwa Zanny, Leoni dan Michele telah kembali akur. Sambil berjalan di koridor sekolah, ia melihat kedua temannya di samping kiri kanannya. Ia sadar, betapa beruntungnya ia mendapat sahabat seperti Zanny dan Michele. Mereka tidak dapat digantikan oleh apapun.
“Ni, watch out!” Michele mengingatkan Leoni.
Dengan sigap Leoni menghindar.
          “Wih, nyaris... untung gak jadi nabrak pintu.” Kata Leoni lalu meringis.
Mereka bertiga –Zanny, Michele dan Leoni- melanjutkan berjalan di lorong sekolah mereka, bersamaan dengan kekasih mereka –Darlyn, Andreas dan Jeri. Diikuti dengan anak-anak lain yang masih mengikuti mereka dari belakang.
“We will together in joy and sorrow, forever”, kata Leoni kemudian, lalu merangkul sahabatnya.

0 komentar:

Posting Komentar